Siapa aku? Aku Siapa?
Aku adalah manusia. Dilahirkan dari seorang
ibu yang sangat hebat dan Mulia. Aku dilahirkan dalam keadaan menangis dan
tentunya disambut dengan senyuman. Didalam agama saya, manusia diciptakan dari
darah,mani serta tanah. Sampai sekarang pun aku bergantung dari tanah, rumah, kendaraan,
jalan, gedung, dan semua yang bergantung pada tanah.
Namun hari ini, telah
menemukan Jalan Kesadaran untuk hidup yang lebih bermakna. Bahwa hidup ini
bukan untuk makan, tapi makan untuk hidup agar bisa berguna bagi kehidupan ini
dan juga orang lain. Bahwa hidup yang paling utama adalah harus menemukan
aku yang sejati terlebih dahulu. Barulah kemudian dapat mengerti mengapa aku
terlahir ke dunia ini. Karena selama ini aku telah kehilangan dan melupakannya.
Bahwa nilai kehidupan itu
bukan karena bisa berumur panjang dan hidup sampai tua. Mengapa? Apa gunanya
berumur panjang, namun hidup penuh kesia-siaan? Nilai kehidupan berarti apabila
aku dapat menanam kebaikan dan bermakna bagi kehidupan orang lain dan kehidupan
itu sendiri. Bahwa hidup di dunia ini adalah bagaikan bersekolah, tingkatan demi
tingkatan harus dilalui. Belajar dan belajar. Kemudian juga harus mengikuti
ujian. Semua terus berlanjut sampai akhirnya hari penentuan. Apakah aku lulus
atau tidak? Tentunya semua tergantung nilai-nilai hidup yang aku dapatkan.
Bahwa kini…aku hanya manusia
biasa yang terus mengikuti pelajaran dan mengejar nilai-nilai untuk
pertimbangan kenaikan kelas berikutnya. Bahwa kini dalam diriku masih begitu
banyak kekurangan, harus terus memperbaiki diri, dengan terus berintrospeksi
diri dan merenungi demi kecermerlangan nurani yang telah terkotorkan oleh
keduniawian hidupku. Bahwa aku selalu
berharap, para sahabat untuk mengerti dan terus memotivasi agar aku lebih
percaya diri lagi dalam menatap hari-hari.
Dan yang perlu dicatat adalah,bahwa apa yang tertulis di blog ini adalah
bukan untuk mengurui atau menyadarkan siapa-siapa. Semuanya adalah untuk
menyadarkan diri sendiri. Karena kata-kata ” kamu” yang ada di blog ini, maksudnya
adalah ” aku” harap jangan salah mengerti. Sehinga kita bisa saling untuk
menyadarkan dan menyatu dalam jalan kehidupan ini. Saat kita telah mengenal
cinta dan saat itu pula lah kita akan tahu siapa jati diri kita mengenal apa
yang menjadi bagian dari kehidupan kita sendiri.
Merasakan apa yang belum pernah kita rasakan dalam kehidupa kita
sebelumnya,indah,warna,cinta,kebahagiaan,kesedihan,dan sebuah amarah. Dan saat
kita telah merasakan itu semua itulah arti dari sebuah kehidupan,dan saat kita
tau apa itu rasa sakit maka itu awal mula dimana mulai tumbuh rasa amarah dan
ada sebuah rasa kebencian kebencian yang mulai tumbuh dalam diri.
Dear Danang,
BalasHapusSepertinya kamu betul-betul calon "filsuf".. :-) Ibu merasakan banyak buah pikiranmu muncul seperti jalan kehidupan, kenaikan kelas, dll. Itu tidak mudah dan tidak serta merta langsung keluar tanpa proses perenungan sebelum menulis. Hanya saja, buah pikiranmu belum terarah dengan baik dan sinkron dengan gagasan penjelas di tiap paragraf. Perhatikan pada dua paragraf terakhir, dua kali kamu gunakan kata "bahwa". Alangkah baiknya, di akhir paragraf merupakan kesimpulan keseluruhan dari tulisan kamu. Silahkan merenungkan kembali. :-)